Sangatta – Kondisi geografis yang khas menyebabkan banyak sekolah-sekolah di Kutim yang tidak dapat menikmati dengan mudah akses teknologi informasi. Keadaan tersebut membuat mereka kesulitan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Seperti kita ketahui bersama, pandemi covid 19 beberapa tahun lalu menunjukkan kepada kita bagaimana vitalnya internet bagi kehidupan, terutama dunia pendidikan. Akses pengetahuan, informasi, bahkan metode pengajaran banyak dibantu dengan teknologi ini.
Menyadari fakta ini, Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik, dan Persandian (Diskominfo Staper) berinovasi untuk menyediakan akses internet bagi sekolah-sekolah pelosok atau terpencil. Ronny Bonar Hamonangan Siburian, baru-baru ini menyebutkan pihaknya akan memilih Starlink menjadi inovasi penyediaan akses internet untuk sekolah-sekolah SD dan SMP negeri.
Teknologi yang masuk ke Indonesia di tahun 2024 ini lebih fleksibel untuk kondisi Kutim. Berbeda dengan teknologi yang sudah banyak digunakan di Indonesia, Starlink tidak membutuhkan jaringan kabel optik maupun menara seluler.
Di Kutim sendiri terdapat 600 sekolah SD dan SMP negeri dan swasta. Untuk pengadaan tahun ini dipilih 191 sekolah SD dan SMP negeri yang berada di wilayah pelosok.
Diskominfo Staper telah mengajukan anggaran pengadaan Starlink di perubahan APBD tahun 2024. Harapannya, pengadaan Starlink akan selesai di tahun ini.
“Pemberian internet sekolah ini diharapkan dapat membantu sekolah-sekolah negeri di pelosok agar lebih mudah mengakses berbagai kegiatan belajar mengajar,” ungkap Ronny. Akses internet untuk sekolah pelosok diharapkan membantu mereka untuk mendapatkan akses terhadap materi pendidikan dan beradaptasi dengan kurikulum nasional mutakhir.