Udhin Dohang Wakil Rakyat Sejak Dalam Tulisan

Udhin Dohang, Calon Anggota Legislatif DPRD Kota Bontang, Daerah Pemilihan Bontang Utara.

OPINI, JURNALTODAY.CO – Tidak terasa pemilihan umum tinggal menghitung hari. Pemilu serentak yang melibatkan masyarakat untuk memilih nama-nama yang disediakan di balik lima warna kertas suara.

Ini adalah tulisan pertama penulis mengenai pemilu kali ini, tepatnya konten tulisan yang isinya tentang calon wakil rakyat, dari partai mana pun, yang menurut penilaian penulis bisa menjadi pembeda sekaligus harapan bagi pemilih untuk lima tahun ke depannya. Sangat subjektif, bukan?

Nah, makanya kenali calonmu lebih dalam lagi!

Tulisan ini boleh dinilai apapun bagi pembaca. Namun, bagi penulis sendiri ini cara penulis untuk menyampaikan dukungan sekaligus harapan pada Pemilu 2024 nanti. Semoga bisa menjadi pertimbangan bagi pemilih tentunya 😁

***

Beberapa waktu lalu, penulis kembali ke kota Taman. Pemandangan yang sama jelang pemilu dengan kota-kota lainnya. Baliho, spanduk calon anggota legislatif bertebaran sejak pintu masuk bahkan sampai di depan mulut gang rumah penulis.

Bacaan Lainnya

Di antara sekian banyak baliho, ada satu gambar yang boleh dikata sedikit menentramkan hati. Baliho itu bergambar salah satu guru, senior, sekaligus kawan diskusi meskipun tidak pernah lama berdiskusi dengan orang ini. 

Bagi penulis, gambar itu menentramkan karena sedikit banyaknya, penulis tahu rekam jejaknya, bagaimana cara berfikirnya, dan ke mana arah keberpihakannya.

UDHIN DOHANG namanya. Calon Anggota legislatif kota Bontang dari Partai Demokrat nomor urut satu untuk daerah pemilihan Bontang Utara. Bang Dohang, begitu saya memanggil wartawan senior ini, merupakan salah satu caleg yang berlatar belakang aktivis, jurnalis, juga seorang organisatoris.

Sebenarnya, bagi penulis nama ini tidak asing. Sudah seringkali terdengar dari kawan-kawan di gerakan. Namun, setelah beberapa tahun barulah bisa bertemu.

Pertemuan penulis dengan beliau pertama kali, kala perlawanan melawan penutupan beras basah beberapa tahun lalu. Ditemui di kantor media online klikbontang.com, Udhin Dohang turut menyampaikan dukungan dan sekaligus membekali kami dengan pandangannya terkait gerakan perlawanan itu.

**

Baik, kita lanjut. Udhin Dohang menempuh bangku kuliahnya di Jogjakarta. Setelah menyelesaikan aktivitas perkuliahannya, pria kelahiran Luwu, Sulawesi Selatan pun mulai beraktivitas di kota Balikpapan. Tidak diam disana, bersama rekan mahasiswanya, dia mendirikan lembaga advokasi untuk nelayan di sekitar Manggar.

Lewat Aliansi Masyarakat Nelayan (AMN), Udhin Dohang dan kawan-kawannya mengadvokasi ribuan nelayan melawan pemerintah. Isu utamanya adalah coastal road. Pemkot Balikpapan ketika itu baru memulai proyek coastal road. Proyek itu akan melintasi wilayah pesisir, dan nelayan di Manggar terkena imbas langsung.

Tanpa sengaja, advokasi nelayan itulah mendorongnya untuk bergabung dengan media massa. Kala itu dia berkenalan dengan Tribun Kaltim. Menurutnya, perlawanan yang dia lakukan tidak akan maksimal jika tidak disebarluaskan. Sehingga dirinya memutuskan untuk bergabung dengan Tribun Kaltim, dan mulai menulis artikel tentang nelayan di Manggar.

“Perlawanan itu adalah cara saya merawat nalar. Ada ribuan nelayan yang terganggu dengan pekerjaan besar pemerintah itu. Harus ada solusi untuk mereka. Nalar menuntun saya untuk membela para nelayan itu,” ungkapnya.

Dituturkannya, bahwa ketertarikannya dengan dunia jurnalistik sudah dimulai sejak kuliah. Dia bergabung dengan organisasi pers mahasiswa dan menjadi pimpinan redaksi. Di kampus, Dia menjadi sangat peka dengan sebuah isu. Dia tak pernah puas dengan jawaban.

“Hahaha, saya tahu orang itu berbohong dari jawabannya terhadap pertanyaan,” ungkapnya.

Bagi penulis, terjunnya pendiri sekaligus Ketua pertama organisasi wartawan Bontang, Forum Jurnalis Bontang (FJB) ini ke politik elektoral merupakan konsekuensi logis dari pemikiran kritis serta pengalaman-pengalaman yang dilakoninya sejak berkuliah hingga saat ini. Sikap kritis yang didasari oleh keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat.

Melihat rekam jejaknya, maka sudah barang tentu, kehadiran salah seorang pemikir sekaligus pejuang ini tentu menjadi salah satu kado bagi warga Bontang pada di 14 Februari nanti. Semoga menjadi kado yang indah, Bang.

Penulis teringat dengan pertemuan singkat di acara nikahan salah seorang kawan.

“Bar, ayo bikin pendidikan GMNI. Nanti aku ikut ngisi materi,” tawaran yang barangkali setiap kami bertemu selalu disampaikan.

Bukan tanpa alasan, menurutnya kota Bontang butuh banyak anak muda yang memiliki pemikiran kritis. Untuk menjadi kritis, tentunya wajib dibekali dengan landasan berfikir yang jelas, menjadi anak muda yang berwatak kerakyatan.

Bonus demografi, menurutnya sayang dilewatkan jika hanya untuk sekolah lalu bekerja. Perlu bagi anak muda menghabiskan banyak waktu untuk berdiskusi, sembari sesekali berdiri di persimpangan jalan, bergandengan tangan dengan rakyat.

“Ini adalah lompatan besar dalam hidup saya. Tak ada misi pribadi dalam lompatan ini. Saya hanya mengikuti kemauan kecil di dalam hati kecil ini. Kemauan kecil yang saya tahu nantinya akan berdampak sangat besar,” ucapnya.

Selamat berjuang, semoga menang, Bang Dohang. Jadilah bintang di Bontang Lestari yang menerangi tiga kecamatan. Merdeka.(Opini)


Penulis: Asbar, warga sipil Kota Bontang yang pada Pemilu 2024 ini, seperti warga lainnya turut menitipkan nasib untuk lima tahun ke depan kepada para calon wakil rakyat.