Tarian Kolosal Jadi Wadah Penanaman Nilai Persatuan

SANGATTA – Tarian Kolosal persembahan Sanggar Tari Kalong Banua di acara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 Kutai Timur (Kutim) memberikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga persatuan bangsa. Tarian yang dipimpin koreografer Rahmaniah ini menggambarkan kebersamaan masyarakat Kutim yang berasal dari berbagai suku dan budaya di Indonesia. Lewat simbol-simbol kebersamaan dan keharmonisan, para penari menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kutim, Basuki Isnawan, mengatakan tarian ini lebih dari sekadar hiburan, melainkan sebagai pengingat bagi pemuda untuk terus menjaga nilai-nilai kebangsaan.

“Tarian ini menggambarkan kewajiban kita semua, terutama para pemuda, untuk menjaga dan memajukan kehidupan demokrasi, merawat kerukunan nasional, serta melestarikan budaya demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap Basuki di upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di lapangan Kantor Bupati Kutim, Senin (28/10/2024) pagi.

Acara ini diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga Kutim dan dihadiri sejumlah pejabat penting, termasuk Penjabat sementara (Pjs) Bupati Kutim Agus Hari Kesuma, Kepala Bapenda Syahfur, Ketua DPRD Kutai Timur Jimmy, dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Upacara semakin khidmat dengan pembacaan teks Pembukaan UUD 1945 oleh Gilang Ferdiansyah Saputra, perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kutim. Untuk Teks Keputusan Kongres Pemuda Tahun 1982 dibacakan oleh Muhammad Adam dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kutim. Momen ini membawa nuansa sakral yang mengingatkan peserta pada semangat juang dan komitmen Sumpah Pemuda 1928.

Sementara itu, Pjs Bupati Kutai Timur Agus Hari Kesuma, dalam sambutannya mengatakan upacara kali ini tidak hanya sekadar peringatan, melainkan momentum untuk membangkitkan semangat kebangsaan generasi muda.

“Dengan mengingat kembali Sumpah Pemuda, kita diingatkan untuk menghargai keberagaman dan tetap bersatu dalam kebhinekaan. Hal ini menjadi ciri khas yang membuat bangsa kita kuat,” ujar Agus.

Sosok yang akrab disapa AHK ini juga mengajak pemuda terlibat aktif menjaga persatuan bangsa. Tidak hanya melalui kegiatan budaya, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dia juga menegaskan, tema upacara, yaitu “Semangat Persatuan dan Kesatuan Bangsa,” harus jadi semangat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat. (*)