Sangata – Sejarah panjang Kutai mewariskan budaya yang kaya, salah satunya dalam bentuk ornamen, motif, dan warna khas. Ketika sejarah panjang tersebut berakulturasi dengan batik, munculah batik khas Kutai.
Hasil akulturasi tersebut belum banyak dikenal di Indonesia, mungkin karena usaha mempopulerkannya belum terlalu berjalan. Melalui mempopulerkan batik Kutai, diharapkan tidak saja menjaga warisan budaya, melainkan juga turut membentuk membentuk identitas nasional.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mencoba mempopulerkan batik Kutai tersebut melalui peringatan Hari Batik Nasional. Usah tersebut salah satunya dengan mewajibkan jajaran pegawai di pemerintahannya untuk memakai baju batik di Hari Batik Nasional, yang jatuh setiap bulan Oktober.
Pjs. Bupati Kutai Timur Agus Heri Kesuma (AHK) menyatakan bahwa momentum peringatan hari batik dapat menjadi kesempatan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan berharganya melestarikan warisan budaya.
Ia juga berharap masyarakat dan jajaran pemerintahannya tidak hanya mengenakan batik di hari-hari khusus, melainkan menjadi bagian kehidupan sehari-hari. “Saya sudah lama menggunakan batik, bukan hanya karena tugas, tetapi karena kecintaan pribadi terhadap keberagaman budaya kita,” lanjutnya AHK ketika ditemui di kantornya baru-baru saja.
UNESCO pada tahun 2009 telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunai takbenda. Pemerintah Indonesia melalui Kepres RI Nomer 23 tahun 2009 menetapkan Hari Batik Nasional.
Menurut AHK, Hari Batik Nasional memilik arti penting untuk membentuk identitas bangsan. “Ini bukan hanya tentang mengenakan batik, tetapi tentang memperkuat identitas kita sebagai bangsa. Kita harus terus menjaga dan bangga dengan batik yang telah diakui oleh dunia internasional,” pungkas AHK dengan bersemangat. (ADV)