Kutai Timur- Masalah penyaluran air bersih di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi perhatian serius, dengan sejumlah desa yang belum terjangkau oleh layanan tersebut.
Meskipun air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk konsumsi, sanitasi, industri, pertanian, dan keperluan lainnya, ketersediaannya masih belum merata di beberapa wilayah.
Beberapa masyarakat di desa-desa sekitar Kutim terpaksa harus menempuh perjalanan jauh dan bahkan harus membawa air secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Realitas ini menjadi tantangan serius bagi sebagian warga, yang harus berjibaku untuk mendapatkan pasokan air bersih.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Faizal Rachman, menyoroti ketidakmerataan penyaluran air bersih di daerah tersebut.
Dari total 139 desa yang ada di Kutim, hanya sebagian kecil yang telah mendapatkan akses air bersih, menyebabkan air bersih menjadi barang langka di sebagian besar desa.
“Kalau misalnya presentase penyaluran air bersih baru mencapai beberapa desa dari total 139 desa, masih banyak yang belum mendapat akses air bersih,” ujar Faizal Rachman.
Menurutnya, kendala utama dalam penyaluran air bersih adalah terkait sumber air yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sumber air yang terpusat di satu titik membuat distribusi air bersih menjadi sulit dan belum memungkinkan adanya sumber air alternatif.
“Contohnya, meskipun sudah ada PDAM, namun akses ke mata air masih membutuhkan waktu yang cukup lama. Kita masih bergantung pada satu sumber air dari PDAM,” jelas Faizal Rachman.
Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih lanjut untuk meningkatkan infrastruktur penyaluran air bersih dan mencari alternatif sumber air guna memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata di seluruh wilayah Kutai Timur. (Adv DPRD Kutim)