Jurnaltoday.co, Jakarta – Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan, kontribusi industri untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat setiap tahunnya 1 hingga 2 persen. Salah satu upayanya dengan membuat program Making Indonesia 4.0.
“Dengan adanya Making Indonesia 4.0, diharapkan pertumbuhan PDB dapat meningkat sebesar 1-2 persen per tahun untuk periode 2018-2030, sehingga akan menciptakan lebih dari 10 juta lapangan pekerjaan tambahan, dan meningkatkan kontribusi sektor manufaktur pada 2030 hingga lebih dari 25 persen,” kata Airlangga ketika menyampaikan Pidato Ilmiah dalam Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, dalam rangka Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-77 secara virtual, di Yogyakarta, Jumat, 17 Februari 2023 lalu.
Airlangga mengatakan, dengan Making Indonesia 4.0, Pemerintah menyiapkan peta jalan terintegrasi untuk menyiapkan industri nasional menghadapi era industri digital.
Lebih jauh Airlangga mengatakan, industri nasional pun sudah harus mempersiapkan diri menghadapi era Society 5.0 yang merupakan sebuah konsep di mana kehidupan masyarakat lebih terdigitalisasi.
“Ada beberapa teknologi yang patut dikembangkan menuju Society 5.0, yakni Edge Computing, Big Data Analytics, serta Internet of Every Things,” kata Airlangga.
Pemerintah Indonesia juga, Ujar Airlangga, sedang menyiapkan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara yang akan menjadi contoh penerapan smart city yang bisa menyiapkan masyarakatnya untuk masuk dalam era Society 5.0.
“Pemerintah saat ini sedang mengupayakan percepatan transisi energi nasional melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan, seperti wind turbine dan solar panel,” kata Airlangga.
Upaya transisi energi ini tentunya memerlukan pengembangan teknologi yang inovatif dan terjangkau, semisal pengembangan carbon capture dan storage.
“Semoga Fakultas Teknik dapat ikut aktif mendorong penguasaan teknologi, sehingga kita tidak hanya sebagai pengimpor teknologi, tapi juga mengembangkannya di dalam negeri. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara-negara maju bisa didorong,” katanya. (*)