KUTAI TIMUR, JURNALTODAY.CO – Sebanyak 19 koperasi petani kelapa sawit swadaya dari berbagai wilayah di Kalimantan Timur mendeklarasikan pendirian Asosiasi Petani Sawit Berkelanjutan Kalimantan (APSBK) dalam sebuah peristiwa bersejarah yang berlangsung selama dua hari, 14–15 Juli 2025, bertempat di Hotel Grand Victoria, Sangatta, Kutai Timur, Kaltim.
Asosiasi ini digagas oleh sembilan koperasi yang telah memperoleh sertifikasi ISPO dan RSPO, serta didukung oleh sebelas koperasi lainnya yang sedang dalam proses menuju sertifikasi keberlanjutan. Bersama, mereka mewakili sedikitnya 4.671 petani swadaya dengan potensi produksi tandan buah segar (TBS) tersertifikasi sebesar 223.860 ton per tahun.
Deklarasi ini merupakan respons kolektif petani atas berbagai tantangan global dan nasional, termasuk regulasi keberlanjutan seperti ISPO, RSPO, NDPE, hingga EUDR. Dalam naskah deklarasi, para petani menyatakan bahwa kelapa sawit adalah penggerak ekonomi rakyat dan bahwa sudah waktunya petani swadaya memiliki kekuatan kolektif dalam menghadapi transisi pasar global yang menuntut legalitas dan keberlanjutan.
“Kami berkomitmen untuk menjunjung prinsip keberlanjutan, membangun solidaritas antarwilayah, serta menjadi mitra strategis pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil dalam memastikan petani swadaya tidak tertinggal dalam transformasi ini,” ujar Jamaluddin, Ketua APSBK, dalam sambutannya saat membacakan deklarasi.
Sebagai bagian dari kegiatan, dilakukan pula penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara empat koperasi sawit swadaya dan pihak perusahaan. MoU ini menandai awal dari kemitraan jangka panjang berbasis kepastian pasar, yang akan memperkuat posisi petani dalam rantai pasok berkelanjutan.
Dukungan terhadap langkah ini datang langsung dari Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, yang hadir dan memberikan sambutan. Ia menyatakan optimisme terhadap terbentuknya asosiasi ini dan berharap APSBK menjadi motor penggerak kesejahteraan petani di Kalimantan Timur.
“Asosiasi ini harus menjadi penggerak utama dalam memastikan petani swadaya meraih kesejahteraan. Saya senang, asosiasi ini memiliki misi yang sinergis dengan pemerintah,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati juga menyinggung pentingnya perhatian terhadap legalitas lahan rakyat, terutama menyikapi pengawasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap sektor perkebunan.
“Saya mengkhawatirkan kebun rakyat yang berada di kawasan. Saya ingatkan Dinas Perkebunan, tolong rajin ke lapangan dan aktif berkoordinasi. Kutai Timur ingin menjadi pusat hilirisasi turunan kelapa sawit,” tambahnya.
Sebelum deklarasi, perwakilan 19 koperasi juga menggelar forum diskusi yang menggali berbagai persoalan strategis petani swadaya, mulai dari akses pasar, keterbatasan pendanaan, legalitas lahan, hingga keterlibatan petani dalam pengambilan keputusan kebijakan. Hasil diskusi ini akan menjadi dasar penyusunan program prioritas APSBK dalam waktu dekat.
Melalui deklarasi ini, para petani menyatakan siap menulis babak baru sejarah sawit rakyat—sejarah yang ditulis dari akar rumput oleh tangan petani sendiri. Dan dari Kalimantan Timur, mereka ingin membuktikan bahwa kesejahteraan dan kelestarian dapat berjalan seiring.(*)