SANGATTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kutai Timur menggelar seminar dengan tema “Kesadaran Kritis Terhadap Tindak Pelecehan Seksual” di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim. Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif akan peran keluarga dalam mencegah kekerasan seksual dan disambut dengan antusias oleh sekitar 150 peserta, yang terdiri dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, perwakilan lembaga pendidikan, organisasi, majlis ta’lim, serta kader posyandu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutim, Idham Choliq, membuka acara ini dengan menggarisbawahi pentingnya peran keluarga sebagai benteng pertama. “Keluarga adalah fondasi utama dalam menjaga anak-anak kita dari berbagai ancaman, termasuk pelecehan seksual. Ketahanan keluarga harus diperkuat dengan edukasi yang memadai agar kita bisa mencegah terjadinya kekerasan ini,” ungkap Idham.
DPPPA Kutim, menurut Idham, siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ia juga menyinggung bahaya perundungan yang memengaruhi anak-anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. “Bullying (perundungan) memberikan dampak jangka panjang pada psikologis anak. Oleh sebab itu, keluarga, guru, dan masyarakat harus proaktif dalam pengawasan dan pencegahan agar masa depan anak-anak kita tidak terganggu,” imbuhnya.
Faelasuf, Sekretaris MUI Kutim, menjelaskan bahwa MUI berkomitmen menjalin kerja sama dengan KPAI dan psikolog untuk melindungi anak-anak. “Kami sangat berharap dapat menjalin kerjasama dengan para psikolog dan KPAI untuk terus mengedukasi masyarakat dalam upaya pencegahan pelecehan seksual,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa seminar ini diharapkan bisa memicu pembentukan MoU antara MUI dan Pemkab Kutim.
Debi Triani dan Fufahana, psikolog yang menjadi narasumber, memberikan materi mengenai penanganan kasus pelecehan seksual. Debi mengungkapkan, “Penyembuhan trauma pada korban pelecehan seksual membutuhkan waktu, namun dukungan lingkungan akan sangat membantu dalam mempercepat proses pemulihan.” Mereka juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mendukung korban.
Ketua Panitia, Istiqomah, menyampaikan bahwa seminar ini dirancang untuk memberikan pemahaman dan solusi praktis dalam mencegah kekerasan seksual. “Kami berharap seminar ini menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pelecehan seksual, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Perlindungan terhadap kelompok rentan ini adalah tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Seminar ini diharapkan dapat menginspirasi tindakan nyata dalam membangun kesadaran masyarakat dan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, organisasi, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan aman bagi anak-anak dan perempuan di Kutai Timur.