SAMARINDA – Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar, melontarkan kritik tajam terhadap pola pembangunan infrastruktur yang dijalankan Pemerintah Kota (Pemkot). Menurutnya, pembangunan saat ini cenderung mengabaikan persoalan mendasar seperti tata ruang, serapan air, dan pengawasan teknis.
“Setelah hujan, apa yang kita bangun? Rusak semua. Terowongan longsor, titik-titik banjir tetap ada,” kata Anhar (27/6/2025).
Ia menilai, banyak infrastruktur yang dibangun dengan anggaran besar justru tak mampu bertahan saat musim hujan. Salah satu penyebab utamanya adalah buruknya sistem tata ruang dan praktik pematangan lahan yang dilakukan tanpa pertimbangan lingkungan yang matang. Ironisnya, kata dia, sebagian besar pematangan lahan justru mendapat izin resmi dari pemerintah sendiri.
Anhar juga menyoroti buruknya sistem drainase yang membuat banyak parit tenggelam akibat elevasi bangunan yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan lemahnya perencanaan teknis dan minimnya pengawasan saat proses pembangunan berlangsung.
“Parit-paritnya tenggelam. Elevasi pembangunan tidak terkontrol. Ini bukan hanya masalah teknis, tapi masalah tata kelola,” ujarnya.
Ia menambahkan, lambannya peningkatan jalan lingkungan serta minimnya jaringan listrik dan penerangan jalan juga menjadi masalah serius yang belum terjawab, padahal sektor-sektor tersebut merupakan penyumbang besar Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Bagi Anhar, tolok ukur keberhasilan pembangunan seharusnya bukan pada kemegahan bangunan, melainkan pada seberapa besar dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Gedung bisa dibangun tinggi, pasar bisa direhabilitasi, tapi jika banjir datang semua disapu bersih, apa gunanya?” tegasnya.
Tak hanya itu, Anhar turut menyindir pembangunan patung pesut yang menelan anggaran Rp1,1 miliar. Ia mempertanyakan urgensi dan manfaat dari proyek tersebut, bahkan menilai bentuknya tak menggambarkan sosok pesut secara jelas.
“Untuk apa itu dibangun? Seindah apa sih itu? Bentuknya juga belum tentu seperti pesut,” pungkasnya.(Adv)