Ketum DPP BAPERA: Saat Ini Abad Konektivitas, Indonesia saatnya Masuk Brics

Ketua Umum BAPERA, Fahd Arafig (istimewa)

JAKARTA, JURNALTODAY.CO – Dalam Valdai Discussion bagaimana kemungkinan dan tanda tanda perang dunia ke 3 dan perang nuklir terjadi. Vladimir Putin direncanakan akan membuat Valdai Discussion club in Indonesia. Dan disini akan berkumpul para pemikir tingkat dunia, ucap Fahd di Jakarta. Pada Selasa, (7/11/2023).

Ketua Umum DPP Bapera mengatakan. “Indonesia Hari ini belum gabung Brics. padahal sudah di dorong untuk bergabung, alasannya sedang pilpres kan tidak masuk akal. Brics itu penting karena saat ini kita ada di era konektivitas. Jika abad portugal itu era eksplorasi, Inggris ambil perdagangan dan bisa kuasai dunia, pada masanya. Dunia akan segera memasuki era 6G. Artinya kecepatan konektivitas di masa yang akan datang sangat cepat, ucapnya.

Mantan Ketum PP AMPG ini menambahkan, “saat ini kita mau kemana di abad konektivitas dan serba digital. Rusia sekarang berfokus pada Timur dan Selatan. Karena rusia tidak ingin lagi disebut barat. Karena mereka bukan Barat dan ingin disebut timur. Sekarang adalah eranya Timur – Selatan. Indonesia sebagai negara yang pernah berjaya di selatan Khatulistiwa wajib begerak cepat dan segera ambil momentum”, ungkapnya.

Yang menarik dengan Brics adalah pipe line Rusia sudah membangun dengan cina dan segera menuju India, pipe line itu bisa apapun contohnya adalah gas, di Brics itu akan menandatangani adanya perjanjian science. Di sisi Lain korea utara ketika membantu Rusia perang di Ukraina tidak mau dibayar tapi Kim Jong Un minta di ajak ke proyek besar air space nya putin.

Jadi penelitian r & d yang canggih itu sudah di by pass. Brics ini akan kerjasama tentang teknologi dan lawannya itu aukus (gabungan dari australia, inggris dan amerika yang membahas tentang teknologi perang) dari menciptakan kapal selam, kapal induk dan membahas tentang tekonologi industri, airspace, cyber, serta pemeliharaannya. Jadi jika Indonesia tidak ikut brics atau aukus kita akan ditinggal, terus mau kemana ? Karena saat ini teknologi dunia mereka yang punya jadi dua organisasi tersebut lebih condong pada kerjasama untuk support perang.

Dari zaman dahulu hingga saat ini tidak pernah bubar yang namanya negara commonwealth (bekas negara persemakmuran inggris) yaitu Malaysia, Brunei, Singapura dan Australia. Sea the QUAD plus AUKUS plus FPDI ini suatu saat kemungkinan bisa menggantikan new SEATO. dan anehnya Indonesia tidak merasa terancam. Dan perlu diketahui bersama ini adalah maritim dari selat manapun bisa digunakan untuk kirim pasukan.

Bacaan Lainnya

Fahd mengapresiasi, Indonesia di era menhannya Bapak Prabowo Subianto sudah confirm kita kedepan dipastikan punya Kapal Induk, Pesawat Bomber, kapal bawah permukaan, punya tentara cyber, senjata satelit, dan segera akan diwujudkan di tahun 2027.

Berita viral lain, Zelensky mengkritik polandia padahal 6 juta warganya ditampung oleh negeri tersebut, zelensky juga sedang dicaci maki di eropa. Menjual biji bijian separuh harga, karena polandia merasa terhina dan itu membuat uni eropa geram pada zelensky.

Saat ini Situasi di laut mediterania juga tambah memanas setelah kapal induk gerald ford Amerika sudah disana, dan satu lagi sedang dijalan yaitu kapal Induk Eisenhower dan sedang di cegah oleh angkatan laut Turki, tambah rame deh timur tengah. Dan Erdogan sudah mengumumkan Siap Perang jika Kapal Induk Eisenhower ke laut Mediterania.

Ditambah lagi Rusia sudah mengirim pasukannya ke Suriah. Dan Amerika saat ini dihadapkan pada perang dua front yang pertama di ukraina, yang kedua di Palestina – Israel di jalur Gaza. Keduanya adalah nasional Interestnya Amerika dan akan berperang sampai titik darah penghabisan.

Kondisi dalam negeri Amerika saat ini sedang menjelang pemilu artinya tidak ada cash flow, anggaran lebih banyak dialihkan untuk berperang. Maka dari itu Indonesia hari ini tepat rasanya untuk gabung Brics. R & D kita anggarannya juga sangat lemah, keuntungan indonesia jika gabung Brics itu transfer teknologi dan pengetahuan terbarukan akan semakin mudah.

Seperti yang pernah saya ungkap sebelumnya, Indonesia juga saat ini pegang mineral terbarukan atau rare earth ke 3 terbesar di dunia. dan ini juga harus segera di maksimalkan, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.(*)